Jumat, 25 April 2014

Memahami Shutter Speed (singkat padat jelas)


Memahami Shutter Speed


                                     
Secara definisi, shutter speed adalah rentang waktu saat shutter di kamera anda terbuka. Secara lebih mudah, shutter speed berarti waktu dimana sensor kita ‘melihat’ subyek yang akan kita foto. Gampangnya shutter speed adalah waktu antara kita memencet tombol shutter di kamera sampai tombol ini kembali ke posisi semula.
Supaya mudah, kita terjemahkan konsep ini dalam beberapa penggunaannya di kamera:
  • Setting shutter speed sebesar 500 dalam kamera anda berarti rentang waktu sebanyak 1/500 (seperlimaratus) detik. Ya, sesingkat dan sekilat itu. Sementara untuk waktu eksposur sebanyak 30 detik, anda akan melihat tulisan seperti ini: 30’’
  • Setting shutter speed di kamera anda biasanya dalam kelipatan 2, jadi kita akan melihat deretan seperti ini: 1/500, 1/250, 1/125, 1/60, 1/30 dst. Kini hampir semua kamera juga mengijinkan setting 1/3 stop, jadi kurang lebih pergerakan shutter speed yang lebih rapat; 1/500, 1/400, 1/320, 1/250, 1/200, 1/160 … dst.
  • Untuk menghasilkan foto yang tajam, gunakan shutter speed yang aman. Aturan aman dalam kebanyakan kondisi adalah setting shutter speed 1/60 atau lebih cepat, sehingga foto yang dihasilkan akan tajam dan aman dari hasil foto yang berbayang (blur/ tidak fokus). Kita bisa mengakali batas aman ini dengan tripod atau menggunakan fitur Image Stabilization (dibahas dalam posting mendatang)
  • Batas shutter speed yang aman lainnya adalah: shutter speed kita harus lebih besar dari panjang lensa kita. Jadi kalau kita memakai lensa 50mm, gunakan shutter minimal 1/60 detik. Jika kita memakai lensa 17mm, gunakan shutter speed 1/30 det.
  • Shutter speed untuk membekukan gerakan. Gunakan shutter speed setinggi mungkin yang bisa dicapai untuk membekukan gerakan. Semakin cepat obyek bergerak yang ingin kita bekukan dalam foto, akan semakin cepat shutter speed yang dibutuhkan. Untuk membekukan gerakan burung yang terbang misalnya, gunakan mode Shutter Priority dan set shutter speed di angka 1/1000 detik (idealnya ISO diset ke opsi auto) supaya hasilnya tajam. Kalau anda perhatikan, fotografer olahraga sangat mengidolakan mode S/Tv ini.

Memahami Mode Metering Kamera DSLR

Memahami Mode Metering Kamera DSLR


Artikel berikut merupakan lanjutan dari artikel sebelumnya yang telah membahas tentang Apa itu metering pada kamera dslr. Menu/mode metering sendiri pada kamera dslr ada beberapa dan mempunyai fungsi yang berbeda, berikut Admin coba memberikan penjelasanya semoga bermanfaat untuk sobat semua.
1. Evaluative Metering
Mode_evaluative_matrix_metering
Mode ini di kamera Canon disebut Evaluative, sedangkan di kamera Nikon disebut Matrix dan dibeberapa kamera merk lain disebut Multi Segment. Pada mode ini kamera membagi seluruh obyek yang kita lihat di viewfinder menjadi beberapa area, selanjutnya kamera melakukan pengukuranexposure/intensitas cahaya pada tiap-tiap area tersebut. Informasi yang diperoleh dari pengukuran tersebut akan dibagi rata dengan menitik-beratkan pada keakuratan di area fokus tanpa mengabaikan area disekitar fokus yang menjadi background. Data yang telah diperoleh tersebut akan diolah di processor kamera dengan membandingkan berbagai data yang telah ditanamkan oleh produsen kamera untuk menemukan komposisi nilaiexposure yang tepat.
Semakin banyak pembagian area obyek dalam viewfinder yang menjadi referensi pengukuran maka akan semakin presisi hasil perhitungannya, dan semakin kecil resiko metering kamera meleset. Karena itu pada kamera dslr pro yang harganya lebih mahal akan kita temui pembagian area viewfinder yang lebih banyak dibanding kamera dslr pemula yang harganya lebih murah.
Mode ini paling sering digunakan untuk pemotretan sehari-hari dalam situasi yang normal, maksudnya obyek tidak dalam kondisi yang ekstrem baik dari sisi intensitas cahaya antara obyek dengan sekitarnya yang menjadi background atau obyek yang bergerak cepat misalnya. Untuk kondisi tertentu yang lebih kompleks, sobat bisa mengunakan mode metering berikut ini untuk tetap mendapatkan hasil potret yang memuaskan.
2. Center Weighted Metering
Mode_centered_weighted_metering
Mode ini mengukur exposure/intensitas cahaya di titik tengah frame dan mengabaikan daerah di sekitar sudut-sudut frame. Dengan memakai mode metering ini, area tengah yang umumnya jadi obyek foto, bisa mendapatexposure yang lebih tepat tanpa melihat dimana titik fokus kita letakkan. Jadi walaupun kita meletakkan titik fokus di sudut tertentu tidak di tengah-tengah area obyek yang kita lihat di viewfinder, kamera akan tetap menitik-beratkan pengukuran exposure/metering di tengah frame.
Mode ini sangat cocok kita gunakan untuk memotret close-up outdoor, misal saat kita berada di kebun binatang dan tertarik untuk memotret wajah singa yang sedang berada diluar kandang sementara kondisi siang hari, dimana terik matahari membuat area background sangat terang. Apabila sobat mengunakan Mode Evaluative Metering diatas maka wajah singa akan terlihat gelap bahkan mungkin hanya terlihat bayangan saja/siluet sehingga kita tidak mendapat detail dari mimik wajah singa tersebut, hal ini karena kamera mengukur exposure/intesitas cahaya di semua area dan membagi rata, karena intensitas cahaya disekitar singa sangat terang sehingga ketika dibagi rata kamera menyimpulkan bahwa obyek mempunyai intensitas cahaya tinggi, maka kamera secara otomatis akan menurunkan/mengelapkanexposure/intensitas cahaya secara kesuluruhan, termasuk disekitar wajah singa, padahal exposure/intensitas cahaya disekitar wajah singa tersebut lebih gelap, akibatnya wajah singa akan terlihat lebih gelap lagi.
Nah, pada kondisi inilah sobat dapat mengunakan Mode Center Weighted Metering, karena pada foto close-up umumnya obyek berada ditengah frame maka saat sobat memotret wajah singa tersebut kamera hanya akan mengukur exposure/intensitas cahaya ditengah frame saja yang merupakan wajah singa dan mengabaikan kondisi exposure/intensitas cahaya disekitar wajah singa atau di sudut-sudut frame.
3. Spot/Partial Metering
Mode_spot_partial_metering
Mode ini hanya mengukur exposure/intensitas cahaya disekitar titik fokus saja sekitar 3%-10% dari keseluruhan bidang foto/frame, dan mengabaikanexposure/intensitas cahaya diluar titik fokus.
Contoh penerapan mode ini, misalnya saat kita memotret salah satu pemain sepakbola di siang hari dengan frame keseluruhan lapangan sepakbola, sehingga pemain sepakbola tersebut akan terlihat sangat kecil di viewfinder. Namun walaupun demikian sobat masih tetap ingin mendapatkan detail dari pemain sepakbola tersebut yang menjadi idola sobat, heheee….
Dengan mengunakan Mode Spot/Partial Metering, pemain sepakbola tersebut yang kebetulan posisinya kiper misalnya, sehingga berada di pinggir frame maka sobat tinggal mengubah titik fokus dipinggir sesuai letak pemain sepakbola tersebut yang menjadi obyek utama. Maka kamera akan mengukurexposure/intensitas cahaya di area fokus tersebut dan mengabaikan area lainnya, sehingga walaupun obyek terlihat kecil secara keseluruhan tapi detailnya masih bisa kita dapatkan, misalnya warna, tulisan, garis-garis dikostum yang dikenakan oleh pemain sepakbola tersebut serta gerakan/posisi dari pemain sepakbola tersebut ketika kita capture.
Nah, semoga penjelasan diatas dapat membantu dan bermafaat untuk sobat semua…

Memaksimalkan Fungsi Lampu Kilat (flash)

Artikel Detail

Cara Memaksimalkan Fungsi Lampu Kilat (Flash)

Lampu kilat pada kamera berfungsi untuk menjadi sumber cahaya sesaat yang bisa membuat obyek yang difoto menjadi terang. Pada kamera modern lampu kilat sudah diberikan berbagai mode lanjutan yang berguna untuk memberikan hasil yang berbeda dan lebih baik. Bagaimana cara memaksimalkan penggunaan lampu kilat pada kamera sehingga dapat memberi hasil yang memuaskan?
Sebelum membahas ke arah sana, kita kenali dulu macam-macam lampu kilat yang ada, yaitu flash yang built-in (menjadi satu dengan kamera) dan flash terpisah (eksternal). Eksternal flash ditenagai dengan baterai tersendiri dan punya mode yang lebih lengkap. Keduanya punya temperatur warna yang sama yaitu di kisaran 5600 Kelvin, namun berbeda dalam intensitas (Guide Number/GN) alias kekuatan flash. Kekuatan flash akan semakin melemah bila jarak dari flash terhadap obyek semakin jauh.
Kekuatan cahaya dari flash diatur dengan dua cara yaitu auto dan manual. Kebanyakan flash adalah auto atau di DSLR disebut dengan TTL. Bila flash diatur secara manual maka ada pilihan untuk mengatur kekuatan flash dari yang terbesar hingga terkecil. Pada kamera yang bekerja otomatis, shutter speed kamera saat memakai flash umumnya adalah 1/60 detik. Apabila hasil foto dengan flash ternyata kurang memuaskan (under atau over), cek apakah di kamera anda ada fasilitas untuk mengkompensasi keluaran flash ke nilai positif dan negatif. Bila ada, maka kita bisa melakukan kompensasi supaya keluaran flash bisa lebih terang atau lebih dikurangi terangnya.
Kondisi yang memerlukan flash di siang hari 
Fungsi flash di siang hari lebih banyak dipakai untuk menyeimbangkan kontras, dinamakan sebagai fill-in flash (mengisi daerah yang gelap). Gunakan flash di siang hari bila obyek yang difoto lebih gelap dari latarnya, atau obyek berada di bawah bayang-bayang pohon. Sinar dari flash akan menerangi area yang gelap sehingga bisa didapat gambar yang terang pada obyek dan latarnya.
 Fill-flash di siang hari juga bisa untuk membuat langit jadi tampak biru. Seperti yang sudah biasa kita alami, memotret obyek dengan latar langit biru di siang hari cukup sulit. Metering kamera akan berusaha mendapat eksposur yang tepat pada obyek sehingga bila latarnya adalah langit akan menjadi over eksposur. Langkah termudah bagi pemula (dengan kamera saku misalnya) adalah menurunkan Ev ke arah minus hingga langit menjadi biru, meski obyek akan jadi gelap. Tapi jangan kuatir, karena dengan fill-in flash maka obyek yang gelap akan diterangi oleh lampu. Oleh karenanya, pastikan jarak si obyek dalam jangkauan lampu kilat.
Untuk kamera yang dilengkapi manual mode, lakukan tahap-tahap sebagai berikut : 
  • set mode dial ke arah manual
  • set shutter di nilai 1/panjang fokal (misal pakai 50mm maka buat speed di 1/50 detik)
  • atur bukaan diafragma hingga light meter menunjukkan nilai under (bisa 1 Ev)
  • atur fokus supaya mengunci di obyek, lakukan rekomposisi bila perlu
  • ambil foto dengan fill-in flash

Bila kamera anda ada tombol AE-lock/AF-lock, cukup manfaatkan tombol ini saja : 
  • set tombol AE-L untuk  mode exposure-lock saja (baca lagi buku manual), sedang focus-lock dilakukan dari tombol rana
  • mode dial pada kamera bebas, bisa P (program), A (Aperture) atau S (Shutter)
  • terlebih dahulu lakukan metering ke langit, lalu kunci eksposur dengan tombol AE-L
  • arahkan kamera ke obyek lalu kunci fokus ke obyek, lakukan rekomposisi bila perlu
  • ambil foto dengan fill-in flash  

Gunakan mode slow sync supaya latar tidak gelap
Pada kondisi gelap di malam hari, lampu kilat menjadi harapan untuk kita bisa tetap memotret. Namun karena kekuatannya yang terbatas, memotret di malam hari hanya akan memberikan penerangan di obyek yang dekat, sedang latar belakangnya akan gelap. Hal yang mengecewakan adalah saat kita ingin difoto di malam hari dengan latar lampu yang beraneka warna namun ternyata tidak tampak jelas karena gelap. Hal ini karena default setting untuk lampu kilat adalah memakai shutter 1/60 detik. Untuk mendapat foto yang lebih natural, kita perlu menurunkan speed lebih rendah dari nilai default sehingga kamera punya waktu cukup banyak untuk menangkap cahaya sekitar (bila ada) meskipun memakai lampu kilat.
Pada kebanyakan kamera digital modern kini sudah dilengkapi dengan mode slow-sync flash, yang artinya lampu kilat yang digabungkan dengan speed rendah. Yang perlu diperhatikan saat memakai mode ini diantaranya : 
  • slow sync artinya memakai shutter speed rendah (antara 1/4 detik hingga 1/30 detik), hindari getaran tangan saat memotret dengan mengaktifkan stabilizer atau gunakan tripod
  • saat memakai mode ini, mintalah si obyek untuk diam sampai flash menyala
  • carilah latar belakang yang memiliki sumber cahaya natural seperti lampu hias atau gedung yang berpendar

Gunakan rear sync (2nd curtain) untuk menangkap jejak dari gerakan
Hampir mirip seperti trik di atas, ada juga kamera yang menyediakan fitur flash advanced yaitu front sync dan rear sync. Sederhananya, perbedaan keduanya adalah pada kapan waktu si lampu itu menyala : 
  • Front Sync (1st curtain) adalah default lampu kilat, dia menyala sesaat setelah tombol ditekan dan shutter terbuka
  • Rear Sync (2nd curtain) adalah kondisi sebaliknya, dia menyala sesaat menjelang shutter ditutup. 

Perhatikan kedua perbedaan di atas, bila shutter speed yang digunakan tinggi, maka tidak ada perbedaan antara keduanya. Namun saat kita memakai speed rendah (misal 1/2 detik), maka kapan lampu menyala akan memberi perbedaan hasil, apalagi bila ada pergerakan obyek disana. Apalagi mode lanjutan ini disedikan khusus buat memberi kesan bergerak pada sebuah obyek, dengan memanfaatkan speed rendah dan lampu kilat.

Sedangkan Rear Sync akan menembakkan flash saat shutter akan ditutup, sehingga kamera sudah terlebih dahulu merekam jejak gerakan, barulah diakhiri dengan menembakkan lampu kilat. Hasilnya, foto unik dengan kesan gerakan yang terekam apik seperti contoh diatas.
Bouncing untuk hasil foto yang lebih alami
Teknik bouncing memerlukan lampu kilat eksternal yang ditembakkan ke atas, tentunya apabila terdapat langit-langit yang berwarna putih dan ketinggiannya cukup dekat dengan kita. Dengan memantulkan sinar flash ke langit-langit, maka jatuhnya cahaya yang menerangi obyek datang dari atas bukan dari depan. Keuntungannya, cahaya yang mengenai obyek tidak terlalu keras dan lebih merata.
Pisahkan flash dari bodi
Inilah yang disebut dengan strobist, yaitu berkreasi dengan flash yang dipisah dari bodi. Tujuannya untuk memberikan foto dengan arah datang cahaya yang berbeda dari biasanya. Untuk itu diperlukan kamera dan flash yang mendukung wireless mode. Namun bagi yang kamera atau flashnya tidak mendukung fitur tersebut jangan kecil hati karena kini banyak dijual wireless trigger dan receiver dalam paket yang terjangkau.


Komentar


Kamis, 24 April 2014

Tips Mendapat Anggel terbaik

Tips Mendapatkan Angle Terbaik Dalam Fotografi

Semakin tenar dan mudahnya mendapatkan kamera DSLR ataupun poto dengan menggunakan berbagai gadget kita telah dimanjakan untuk menangkap moment-moment istimewa, terkadang kamera hebat dan mahal tidak dapat menangkap peristiwa istimewa yang terjadi pada saat moment itu terjadi.
Pada kesempatan kali ini penulis berusaha berbagi untuk mendapatkan angle terbaik untuk mendapatkan jepretan poto yang dapat selalu anda kenang, terdapat beberapa pendekatan yang berbeda untuk menemukan angle terbaik untuk sebuah jepretan poto. Jika Anda memiliki banyak waktu untuk melakukan setup kamera, berjalan di sekitar lokasi dan mengambil gambaran singkat dari pandangan sudut masing-masing.
Berbagai referensi ini membuat Anda yakin telah mencakup semua wilayah, dan mencoba memvisualisasikan di mana moment istimewa akan terjadi, dan dalam posisi apa obyek dari sudut masing-masing. Dari sana Anda harus menentukan apa yang akan terlihat yang terbaik di hasil poto Anda dan mempunyai gambarannya. Jika Anda cukup beruntung mendapatkan tempat menembak poto yang sama beberapa kali, cobalah beberapa angle terbaik maka salah satu dari mereka pasti akan berhasil mendapatkan hasil poto yang istimewa.
Cobalah untuk berpikir berbeda ketika berusaha mencari sudut tersebut. Menggunakan wide view atau diperbesar dan gunakan berbagai jenis lensa standar apabila memungkinan. Dengan cara ini Anda membuat gambar yang berbeda dari mata normal melihat, yang menarik secara visual. Sudut terbaik sering kali berada di posisi aneh. Di bawah posisi melompat, melalui pohon-pohon, ataupun diatas pohon, fisheye dari belakang, berbagai opsi dengan pilihan tidak terbatas. Ini adalah rahasia para fotografer profersional mendapatkan jepretan yang menakjubkan. Sebuah eksposur yang tepat dari sudut polos akan menghasilkan gambar polos. Gunakan eksposure yang sama dari sudut yang ekstrim dan Anda mendapatkan sesuatu yang jauh lebih menarik!
Ketika Anda terbatas untuk mengambil posisi dan mengabaikan daerah sekitar dan mencoba membayangkan berbagai angle tersebut di kepala Anda dan lensa yang akan anda gunakan, terkadang moment istimewa itu terlepas dari usaha pencarian tersebut. Ini adalah proses evaluasi yang seharusnya memakan waktu hanya beberapa detik. Setelah Anda melakukan ini beberapa kali akan menjadi lebih mudah untuk menemukan sudut terbaik dengan cepat dan lancar seiring meningkatnya pengalaman Anda.
Jika Anda benar-benar terdesak dengan waktu menyimpan lensa zoom pada kamera dan pergi untuk mencari gambar. Hal ini setidaknya menjamin bahwa Anda tetap mengambil foto lebih baik daripada pulang dengan tangan kosong atau tanpa hasil jepretan poto.
Sudut terbaik hampir selalu dapat menceritakan sesuatu kepada penontonnya. Ini termasuk fitur yang menunjukkan apa yang terjadi disana. Ketika kebanyakan fotografer mulai menjepret suatu aksi mereka cenderung meninggalkan hal detail ini keluar dan menangkap gambar yang dikenal sehingga tampak datar pada awalnya Tetapi jepretan poto itu sangat tidak menarik bagi orang lain untuk dilihat. Tampilkan fitur yang menjelaskan poto tersebut. Jika itu adalah seorang biker yang terbang di udara, melakukan jump atau landing di foto.  Jangan melakukan poto terlalu jauh sehingga Anda tidak bisa benar-benar memperlihatkan sekitarnya. Tampilkan alam di sekitarnya juga! Saya yakin Anda mendapatkan titik sudut untuk itu, tetapi berada di titik itu adalah sebuah kesempatan besar!
Tidak ada titik terbaik yang dapat digeneralisir untuk setiap jepretan poto. Sudut terbaik membutuhkan waktu untuk ditemukan, bercerita, dan tampak dramatis. Gunakan tiga tips diatas secara konsisten maka anda akan mendapatkan gambar yang istimewa.

Keywords:

  • Angle foto terbaik
  • cara mengambil angle foto yang baik
  • cara mendapatkan angel foto
  • cara mencari angel foto
  • cara mengambil angle foto yang bagus
  • angel dalam fotografi
  • cara menentukan angle foto
  • angle dalam fotografi
  • hasil fotografer terbaik
  • cara mencari angle foto

Menggunakan Tripod dengan baik

Bagaimana menggunakan Tripod? (Tak semudah yang kita bayangkan)

wako_tripod1
Tripod
Bro, Kali ini saya ingin mengulas tentang Tripod, sesuatu yang sederhana yang sering terlihat digunakan oleh seorang fotografer. Mungkin kelihatannya sederhana, namun ada berbagai pertimbangan dan aturan dalam penggunaannya.
Seorang fotografer profesional, Steve Berardi dari pembicaraan PhotoNaturalist, pernah menyampaikan tentang beberapa hal yang perlu dipertimbangkan ketika ingin menggunakan tripod .
Ketika Anda pertama kali melihat tripod, Anda mungkin berpikir itu hal sederhana sederhana, hanya memperpanjang kaki, menempatkan kamera di atas, dan selesai! Sudah siap untuk berangkat!
Saya pun sebenarnya ingin mengakui bahwa saya sempat berpikir demikian tadinya. Tapi, setelah kemudian saya mencari-cari info tentang tripod dan penggunaannya di dunia fotografi profesional yang mendedikasikan seluruh pemikiran dan pertimbangan penggunaan yang tepat dari tripod. ternyata tidak sesimpel itu.
“Banyak fotografer yang secara tenang menyiapkan tripod dan menggunakan dengan berbagai posisi miring dan melakukan penyesuaian dalam cara yang sembarangan. Hal tersebut baik, namun untuk menjadi lebih metodis dalam menyiapkan tripod, sesuaikanlah waktu dan situasi, dengan tujuan untuk memberikan posisi yang tepat dari kamera dan memperoleh stabilitas sebesar mungkin. “-Ansel Adams.
Jadi, meskipun tripod tampaknya seperti sepotong sederhana dari peralatan, ada beberapa hal yang perlu diingat ketika Anda sedang menggunakan itu dan memastikan penggunaannya untuk mendapatkan gambar setajam mungkin.
Berikut beberapa tips yang disarankan :
1 – Cari komposisi terlebih dahulu
Karena membutuhkan waktu yang cukup untuk melakukan setup tripod, maka hal yang baik untuk menemukan komposisi sesuai dengan yang Anda inginkan terlebih dahulu. Lakukanlah survey dan jelajahi objek foto Anda dari sudut yang berbeda. Ini akan membantu Anda untuk melihat melalui jendela bidik Anda seperti yang inginkan dan membantu Anda melihat seperti apa komposisi yang akan terlihat pada foto Anda nantinya.
2 – Tandai salah satu kaki tripod terhadap objek foto Anda
Tentukan salah satu kaki tripod terhadap objek foto Anda, hal tersebut akan memberi Anda ruang untuk berdiri di antara dua kaki lainnya (membantu mencegah Anda dari tersandung karena tripod), dan dapat membantu menstabilkan kamera.
3 – Ukur pusat vertikal tegak lurus ke tanah
Untuk memastikan berat kamera Anda merata untuk semua tiga kaki, pastikan pusat vertikal tripod tegak lurus ke tanah. Biasanya tripod memiliki adjusment untuk mengukur hal tersebut. Namun bila Anda memilik tripod yang sederhana saja, Anda dapat meletakkan tali yang digantung beban seperti bandul, hal tersebut sama seperti yang saya gunakan. (diakal-akalin dikit bro.. hehe).
4 – Hindari memperpanjang center post
Secara signifikan, center post (tiang tengah penyangga kamera) kurang stabil dibandingkan tiga kaki menyebar, lakukan pemanjangan center post hanya sebagai upaya terakhir. Hal ini sering menyebabkan beberapa kesulitan dalam mendirikan tripod Anda dengan tinggi badan yang sempurna, tapi ingat juga bahwa hal tersebut dapat pula membantu Anda untuk menghasilkan gambar setajam mungkin.
5 – Gunakan L-braket untuk lensa pendek
Sebuah “L” braket adalah jenis khusus dari plat yang menempel kamera ke kepala tripod, yang berbentuk seperti huruf  “L” dan memungkinkan Anda untuk memposisikan kamera dalam orientasi potret, sambil tetap menjaga kamera di pusat dari tiga kaki.

L-braket memiliki dua keuntungan besar, yaitu membuat pusat gravitasi terbaik di pusat dari tiga kaki, dan memberi Anda beberapa inci dari ketinggian saat Anda menembak dalam orientasi potret.
6 – Gunakan kerah tripod untuk lensa panjang
Karena lensa panjang besar dan berat sering menggeser pusat gravitasi dari kamera Anda, maka sangat penting untuk menggunakan kerah tripod yang merata untuk menyeimbangkan berat badan antara kamera dan lensa. Tanpa itu, kamera Anda akan memiliki kecenderungan untuk perlahan-lahan bergeser ke bawah setelah Anda mengunci kepala ke tempatnya.
7 – Gantung tas kamera atau benda berat lainnya dari center post untuk stabilitas ekstra
Jika Anda berada dalam kondisi lingkungan berangin yang keras, baiknya Anda menambah berat lebih pada tripod Anda dengan menggantung sesuatu (seperti tas kamera) dari center post. Namun tetap berhati-hati dengan metode ini, karena  jika tas kamera Anda gemetar oleh angin, hal tersebut sebaliknya dapat menjadikan kehilangan stabilitas.
Kemudian, pertanyaan mengapa penting untuk berhati-hati mengatur tripod Anda?
Meskipun menyiapkan tripod mungkin tampak seperti sebuah proses yang lambat dan membosankan, adalah sangat penting untuk melakukannya dengan hati-hati. Hal tersebut untuk memastikan Anda mendapatkan gambar setajam mungkin. Serta memastikan bahwa tripod Anda berada dalam posisi yang stabil akan membantu mencegah terguling dan merusak kamera dan lensa.
Semakin banyak waktu dan perawatan yang Anda ambil dalam mendirikan tripod Anda, semakin Anda akan dipaksa untuk berkonsentrasi pada komposisi Anda. Dengan memberikan waktu yang lebih lama untuk menyiapkan tripod itu, maka Anda akan lebih berhati-hati tentang komposisi apa yang Anda pilih untuk menghasilkan foto yang lebih baik.

Tips mendapat super Bokeh

Belajar Fotografi sudah mengulas secara dasar mengenai apa itu foto bokeh dan bagaimana cara menghasilkannya. Sekedar mengulang secara singkat, bokeh pada intinya adalah ukuran kualitas blur yang membuat obyek terpisah dari background-nya. Mata kita senang saat melihat foto dengan backgorund yang kabur secara lembut, creamy dan cantik. Salah satu pertanyaan yang paling sering dikirim pembaca adalah, kok bokeh saya masih kurang bagus sih? apa yang salah?
Ada enam faktor utama yang sangat mempengaruhi kualitas foto bokeh kita, penuhi keenamnya maka anda akan mendapatkan bokeh dengan kualitas jempol.

1. Gunakan aperture besar.

Bokeh berasal dari lensa bukan dari kamera. Oleh karena itu, hal terpenting yang harus dilakukan adalah setting aperture lensa anda pada bukaan yang besar (terbesar yang diijinkan situasi pemotretan – aperture maksimal). Anda bisa melakukannya dengan menggunakan mode Aperture Priority dan mengubah f kedalam nilai terkecil (putar ring aperture berlawanan arah jarum jam). Baca kembali tentang aperture & depth of field.
Dalam settingan ini secara praktis kita menurunkan depth of field menjadishallow/dangkal.

2. Kurangi jarak antara kamera dengan obyek foto.

Semakin dekat kita berdiri dari obyek foto, semakin blur background-nya. Semakin dekat obyek foto, fokus lensa juga semakin dekat dan depth of field akan makin menyempit. Cobalah lakukan ini: acungkan jari telunjuk anda didekat gelas yang jauhnya kira-kira 50 cm didepan anda, fokuskan mata anda pada telunjuk, sekarang gerakkan telunjuk tadi mendekat mata anda. Makin dekat telunjuk dengan mata, gelas dibelakangnya akan makin kabur bukan?

3. Jauhkan jarak antara obyek dan background-nya.

Saat anda memotret teman dan ingin menghasilkan bokeh yang bagus, maka semakin jauh teman tadi dari background dibelakangnya, semakin bagus bokeh yang anda dapatkan. Lihatlah foto dibawah ini, daun yang paling dekat kamera masih terlihat tajam. Tapi semakin menjauh dari kamera, semakin kabur. Sementara daun dengan warna hijau dibelakang sana terlihat kabur sekali.

4. Gunakan focal length terpanjang.

Saat anda memakai lensa zoom, gunakan focal length terpanjang untuk makin memisahkan obyek utama dengan background-nya. Sebagai contoh: saat anda menggunakan lensa maut 70–200 mm, set focal length di posisi 200mm untuk menghasilkan bokeh yang bagus. Baca kembali mengenai focal length
Kalau di tas anda tersimpan lensa 300mm, lensa 18–200mm, lensa 14–24mm, pilihlah lensa terpanjang (300mm) kalau tujuan anda menghasilkamn foto bokeh yang maut.

5. Pilih lensa dengan kualitas optik terbaik yang mampu anda beli.

Kualitas bokeh juga sangat dipengaruhi oleh kualitas optik lensa yang kita pakai. Katakanlah anda memilik dua lensa yang focal length maksimalnya sama, contoh: lensa 18–20mm/f5.6 dan lensa 70–200mm/f2.8, karena kualitas optik lensa 70–200mm (biasanya) jauh lebih superior dibandingkan lensa 18–200mm (sehingga harganya juga berlipat-lipat lebih mahal). Maka gunakan lensa 70–200mm tadi, dan sebisa mungkin pakailah di aperture f/2.8. Pastikan anda membaca review sebelum anda membeli lensa.

6. Gunakalensa prime

Karena makin besar aperture makin bagus pula bokehnya, jika anda memiliki lensa prime, pakailah. Lensa prime atau prime lens atau fixed lens, adalah lensa yang memiliki focal length tunggal alias lensa yang tidak bisa di-zoom. Lensa prime biasanya menghasilkan foto bokeh yang sangat bagus karena memilki bukaan aperture yang sangat besar, tipikal lensa prme adalah 50mm f/1.4, 85mm f/1.4 atau varian murahnya 50mm f/1.8 dan 85mm f/1.8. Belajar fotografu banyak membahas mengenai lensa prime, disini  dan disini.

Momen Golden Hour

Dalam fotografi, golden hour (juga disebut magic hour), adalah sahabat terbaik bagi seorang fotografer outdoor. Fotografer pro menyebut golden hour sebagai momen dengan kondisi pencahayaan terbaik dalam sehari itu. Kalau anda pernah melihat film Full Metal Jacket, anda akan menyaksikan bagaimana sutradara Stanley Kubrick memaksimalkan teknik golden hour dalam film tersebut.

Apa itu Golden Hour dan kapan terjadinya?

Kalau ada satu faktor penting yang bisa menentukan baik dan buruknya sebuah foto, faktor tersebut adalah cahaya. Sama-sama pemandangan gunung dan sawah, namun hasilnya bisa seperti bumi dan langi saat dipotret dalam dua kondisi pencahayaan yang berbeda.

Golden hour dalam fotografi terjadi dalam waktu antara sebelum dan sesudah matahari terbit (sunrise) dan sunset (matahari terbenam). Kalau mau diambil kasarnya kira-kira dari jam 5 sampai jam 7 pagi dan antara jam 5 sampai jam 7 sore. Dalam rentang waktu di kedua waktu tersebut kita bisa mendapatkan kualitas cahaya terbaik saat ingin memotret diluar ruangan.
Saat golden hour, cahaya matahari menerpa subyek foto dari sudut miring sehingga memberi dimensi dan tekstur yang kaya dan memiliki warna keemasan yang hangat. Anda bisa memotret landscape, portrait, sunset/sunrise atau siluet saat golden hour ini dan mendapatkan foto yang lebih cantik.

Senin, 21 April 2014

Settingan Diafragma F4 | Manual Fokus


Perhatikan foto berikut ini, bagus bukan. Untuk cara mengambil foro Macro seperti ini, berikut admin sertakan settingannya. Foto ini admin shot dengan menggunakan kamera DSLR SONYa200. Buat Anda semua tentunya tidak harus punya kamera yang sama seperti saya. Anda juga bisa menggunkan kamera DSLR lainnya.,
Tetesan air
Setting :
 dengan ISO 100,Manual Fokus (M),Shuter auto